Sunday, October 7, 2007

Teknologi Nuklir Tidak Hanya untuk Listrik

Di balik ketakutan masyarakat terhadap bahaya radiasi nuklir, ternyata ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir dapat dimanfaatkan untuk mempermudah kehidupan manusia.

Selain sebagai pembangkit listrik, iptek nuklir juga sering digunakan pada bidang kedokteran, kesehatan, kosmetik serta keamanan dan daya simpan bahan pangan. Di bidang kedokteran, pemakaian radioisotop dan sinar radioaktif dapat digunakan untuk diagnosis penyakit yang akurat seperti kanker dini dan untuk terapi (kedokteran nuklir dan radiologi).

Teknik radioisotop dapat digunakan di dalam (in vivo) dan di luar (in vitro) tubuh. ”Diagnosis yang akurat pada kanker dini akan sangat menolong penyembuhan pasien. Informasi yang akurat tentang sifat organ tubuh dapat diperoleh melalui kombinasi pemakaian isotop dengan komputer,” kata Konsultan Sterilisasi Radiasi dan Bank Jaringan P3TIR Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Nazly Hilmy.

Radiasi juga dapat digunakan untuk mensterilisasi alat kesehatan seperti alat kedokteran, obat, bahan biomaterial atau jaringan biologi, kosmetik, dan bahan pengemas. ”Juga produk bank jaringan seperti alograf, yaitu jaringan yang ditransplantasikan dari manusia ke manusia lain untuk pengobatan, misalnya jaringan amnion, tulang, dan jaringan lunak,” terangnya.

Sementara itu, untuk keamanan dan daya simpan bahan pangan, penggunaan radiasi pengion pada dosis sedang sudah mampu menekan dan sekaligus mengeliminasi pertumbuhan bakteri patogen karena molekul asam deoksiribonukleat (DNA) yang ada di dalam inti selnya mengalami kerusakan tanpa berakibat negatif pada kualitas sensori dan nutrisi bahan pangan yang disinari.

”Penyinaran tersebut tidak menyebabkan makanan tersebut menjadi radioaktif. Unit keamanan pangan WHO telah menegaskan bahwa iradiasi pangan merupakan bagian dari teknologi pangan yang positif dan nyata untuk masyarakat,” kata peneliti di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan Zubaidah Irawati.

Dia mengungkapkan, aplikasi dan implementasi iradiasi pangan yang bertujuan meningkatkan keamanan dan memperpanjang daya simpan hanya akan terwujud apabila ditunjang oleh sosialisasi dan diseminasi iptek nuklir suatu komoditas pangan strategis. (CR-01/sindo)

Thursday, October 4, 2007

Mulailah Abad Ruang Angkasa

"Biip... Biip... Biip..." dan Mulailah Abad Ruang Angkasa

NINOK LEKSONO

Sputnik 1, satelit buatan pertama yang diluncurkan pada pukul 01.28, 5 Oktober 1957 dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan, hanya benda berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 60 sentimeter.

Satelit tersebut untuk ukuran sekarang amat primitif. Ada banyak mahasiswa yang secara rutin membuat dan meluncurkan wahana angkasa yang jauh lebih canggih. Namun, arti Sputnik melewati sosok dan misinya yang sederhana. Sputnik bahkan melewati geopolitik yang ada pada waktu itu. Sputnik, demikian tulis Anthony Velocci (Aviation Week & Space Technology, 19-26 Maret 2007), meluncurkan abad ruang angkasa dan membawa manusia ke arah baru eksplorasi ilmiah baru dan penemuan kosmos.

Ketika roket R-7, yang juga berperan sebagai roket balistik antarbenua (ICBM), mendorong Sputnik untuk menaklukkan gravitasi Bumi, terus menanjak ke atas atmosfer, dan akhirnya tiba di orbit, tembuslah gerbang menuju ke dimensi baru pengalaman manusia. Orang, tulis John Noble Wilford (IHT, 26/9), kini bisa melihat kaumnya sebagai pengelana antariksa. Mobilitas lebih tinggi tersebut diharapkan akan bisa membebaskan, seperti halnya langkah tegak nenek moyang manusia pertama pada masa lalu.

Namun, reaksi pertama yang muncul justru mencerminkan kekhawatiran dunia yang pada saat itu sedang berada di pusaran Perang Dingin. Sputnik serta-merta mengubah ciri dan lingkup Perang Dingin.

Kembali ke sosoknya, orang wajar tak habis pikir, bagaimana bola seberat 83 kilogram dengan permukaan terbuat dari aluminium mengilat ini bisa menimbulkan efek yang demikian dahsyat. Sputnik alat sederhana, ia dilengkapi dua pemancar radio dengan antena mencuat yang memancarkan sinyal pada frekuensi yang bisa ditangkap oleh ilmuwan dan operator radio serta dengan itu meneguhkan prestasi yang dicapai.

Kuat dugaan bahwa Rusia menginginkan Sputnik sebagai pernyataan akan kehebatan teknologinya dan seiring dengan itu juga mengingatkan pihak lain akan implikasi militer kemampuan tersebut. Yang menarik, pihak Rusia sendiri tampaknya juga tidak menyangka bahwa Sputnik akan menimbulkan kepanikan luar biasa di AS. Ibaratnya, tidak ada peristiwa semenjak serangan Jepang ke Pearl Harbor yang menimbulkan reaksi seperti Sputnik. Demikian ujar Walter McDougall, sejarawan di Universitas Pennsylvania.

Krisis kepercayaan

Suara "biip... biip... biip..." Sputnik ternyata bisa membuat kebanggaan dan kepercayaan diri bangsa Amerika runtuh. Apakah kemakmuran telah membuat Amerika jadi lembek? Apakah sistem pendidikan tidak memadai, khususnya dalam mendidik ilmuwan dan insinyur? Apakah institusi demokrasi liberal tidak bisa mengimbangi masyarakat Komunis yang otoriter? Itulah sederet pertanyaan yang sempat muncul. Yang dianggap lebih menyakitkan, bangsa Amerika menganggap teknologi yang digunakan pada Sputnik sesungguhnya lebih merupakan keunggulan mereka?

Guncangan akibat Sputnik 1 belum usai, Uni Soviet meluncurkan Sputnik 2 pada Sputnik 3 November 1957. Peluncuran kali ini dengan membawa seekor anjing bernama Laika, makhluk hidup pertama di angkasa, sambil memperingati Ulang Tahun Ke-40 Revolusi Bolshevik.

Ringkas kata, dengan peluncuran dua Sputnik, bangsa Amerika merasa telah dikalahkan dalam "lomba ruang angkasa". Amerika lalu berpaling kepada Eisenhower yang sudah mereka anggap sebagai bapak bangsa untuk tampil sebagai pemimpin. Sayangnya, Eisenhower yang menang meyakinkan untuk jabatan kedua tahun 1956 justru merupakan satu dari sedikit orang Amerika yang tidak panik atas sukses Sputnik. (Cold War, Jeremy Isaacs & Taylor Downing, 1998).

Namun, AS terbukti tidak runtuh sepenuhnya walaupun upaya untuk "menebus kekalahan" tidak mulus. Dua bulan setelah peluncuran Sputnik, AS–yang juga memiliki sejumlah program rudal balistik–mencoba membalas. Pada 6 Desember 1957, dengan disaksikan banyak orang di Tanjung Canaveral, Florida, roket Vanguard siap meluncur dengan mengangkut satelit mungil dengan berat kurang dari 2 kilogram. Namun, roket hanya naik sampai 0,5 meter, lalu merosot, dan meledak. Bangsa pun malu berat. Koran Daily Herald di Inggris mengolok-olok "Oh, What A Flopnik!", meminjam akhiran Sputnik, tetapi kali ini untuk yang gagal.

Dengan itu, AS bukan hanya merasa gagal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi sekaligus merasa begitu terancamnya secara militer. Harian The Washington Post menulis, "AS dalam posisi paling gawat dalam sejarahnya", dan Amerika kini menjadi "kekuatan kelas dua".

Reaksi positif

Gagal dengan Vanguard, AS melanjutkan upaya menebus kekalahan dengan lebih sistematik. Departemen Pertahanan mempercepat program pengembangan rudal. Kongres membentuk Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). AS sendiri terus menggemakan isu "kesenjangan rudal", yang lalu dibawa dalam kampanye pemilihan presiden. Isu ini pula yang diyakini ikut berperan dalam kemenangan tipis John F Kennedy. Namun, tidak lama setelah ia jadi presiden, Rusia masih membukukan prestasi gemilang. Pada April 1961 Yuri Gagarin diluncurkan ke orbit, menjadikannya manusia pertama yang mengorbit Bumi.

Setelah konsultasi selama beberapa minggu, Kennedy berpidato di depan Kongres dan mencanangkan bahwa sebelum berakhirnya dekade (1960-an) bangsa Amerika harus sudah menapakkan kaki di Bulan dan kembali ke Bumi dengan selamat.

Prelude bagi pencapaian besar dimulai ketika Apollo 8 berhasil mengitari Bulan sebanyak 10 kali pada Desember 1968. Para astronotnya untuk pertama kali melihat bulatan Bumi berwarna kebiruan dengan lilitan awan putih dari jendela kapsul. Akhirnya tiba puncak bersejarah itu, ketika pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong menjejakkan kakinya di permukaan Bulan, lalu membuat "langkah kecil bagi manusia, tetapi lompatan raksasa bagi kemanusiaan".

Apollo 11 membuat AS seperti membayar tunai utang dalam lomba ruang angkasa dengan Uni Soviet. Program Apollo total mendaratkan 10 astronot Amerika di Bulan dan setelah Apollo 17 pada tahun 1972, tidak ada lagi manusia yang pergi ke Bulan.

Namun, baik Amerika maupun Rusia tetap mengirimkan wahana antariksa, dan juga antariksawan ke ruang angkasa, meski dengan laju lebih lambat. AS mencurahkan sebagian besar dananya untuk mewujudkan program ulang alik, program yang di antara suksesnya meninggalkan goresan mendalam dengan meledaknya pesawat Challenger, 28 Januari 1986, dan berikutnya Columbia pada 1 Februari 2003.

"The last frontier"

Sputnik dipandang dari sisi lain telah memicu manusia untuk segera merambah ruang angkasa, wilayah yang kemudian disebut sebagai perbatasan terakhir (the last frontier), setelah darat, laut, dan udara.

Pada satu sisi, perjalanan angkasa tampak sudah jadi hal rutin, lebih-lebih dengan adanya program Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). Bahkan, di luar program negara, kini juga telah berkembang turisme angkasa, setelah Rusia membuka peluang bagi mereka yang siap membayar ongkos 20 juta dollar AS, atau sekitar Rp 180 miliar. Selain itu, ada juga perusahaan swasta yang menyiapkan wisata angkasa, seperti Virgin Galactic yang dimotori oleh pengusaha Richard Branson dan Burt Rutan yang sudah berhasil mengembangkan wahana SpaceShip One. Perusahaan riset Futron memperkirakan pada tahun 2021 akan ada 14.000 turis angkasa setahunnya, memunculkan pendapatan sebesar 700 juta dollar AS (Tourists Race for Space, and Investors are Ready, IHT, 17/9).

Dalam perkembangan berikut, bukan hanya Rusia dan AS yang mendominasi ruang angkasa. China, yang setelah berhasil meluncurkan antariksawannya—Yang Liwei—dengan wahana Shenzou 5, 15 Oktober 2003, kini mempersiapkan stasiun ruang angkasa.

Eksploitasi ruang angkasa juga dilakukan oleh Eropa (dengan Perancis sebagai motor utamanya), yang kini sukses mengomersialkan roket Ariane-nya, lalu juga India yang banyak menggunakan satelit untuk memacu program pendidikan. Di luar itu masih ada Jepang, yang 13 September lalu meluncurkan wahana Kaguya untuk meneliti Bulan. Negara lain seperti Kanada memang tidak membuat roket, tetapi termasuk pionir dalam satelit dan kontributor penting dalam program ulang alik AS melalui lengan robotik Canadarm. Israel bisa ditambahkan di sini karena sejak tahun 1988 telah menggunakan roket Shavit untuk mengorbitkan satelit mata-mata militer.

Kini, di tengah makin sumpeknya Bumi karena pemanasan global dan polusi, bangsa maju melihat ruang angkasa sebagai alternatif hunian. Tak heran bila futuris melihat koloni ruang angkasa sebagai gelombang peradaban berikut.

Untuk semua itu, "biip... biip... biip..." Sputnik besar pengaruhnya. [kompas]

Saturday, September 8, 2007

Malang Menuju "Smart City" dengan 65 Area "Hotspot"

Upaya Malang menjadi "Smart City" pada tahun ini diwujudkan dengan peluncuran sedikitnya 65 area "hotspot" (jaringan internet nirkabel) yang tersebar di berbagai sudut kota, termasuk kawasan Alun-alun Merdeka.

Walikota Malang, Peni Suparto, usai peluncuran "hotspot" tersebut, Jumat, mengatakan, internet yang pada masa sekarang sebagai pengganti media cetak seperti koran harian cukup penting, sebab internet tidak hanya menjelajah area lokal tapi juga mampu menjelajah dunia.

"Dengan adanya puluhan lokasi titik `hotspot` ini, kami berharap masyarakat tidak lagi gagap teknologi dan minimal bisa mengoperasikan internet. Bahkan menjadi kebutuhan dalam mengakses informasi semua bidang, termasuk isu-isu global yang sedang berkembang," katanya di Malang.

Selain meluncurkan 65 titik area "hotspot" yang didukung oleh PT Telkom Malang itu, juga diluncurkan website DPRD Kota Malang yakni www.dprd.malangkota.go.id yang bisa diakses oleh masyarakat luas.

Ke-65 area "hotspot" yang tersebar di wilayah Kota Malang tersebut diantaranya di halaman Balaikota Malang, DPRD Kota Malang, Taman Rekreasi Kota (Tarekot), Alun-alun Merdeka, rumah dinas walikota, Jln. Ijen Boulevard dan gedung Politeknik Kesehatan (poltekes) serta gedung pusat informasi wisata merdeka.(Copyright © 2007 ANTARA)

Nokia Perkenalkan Lima Ponsel Terbaru

Nokia perkenalkan lima ponsel berteknologi Code Division Multiple Acces (CDMA) terbaru di beberapa kota besar di Indonesia termasuk Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut).

"Nokia 7088 desain sliding cocok bagi profesional yang stylish dan modern, Nokia 6088, Nokia 2505, Nokia 1325 dan Nokia 1265, merupakan produk terbaru teknologi CDMA," kata Product Marketing Manager Nokia Indonesia, Dominikus Susanto, dalam acara perkenalan produk di Manado, Jumat.

Koleksi CDMA menawarkan konsep ponsel masa kini, tidak hanya menghadirkan fungsi tetapi juga desain modern dan dinamis mengikuti perkembangan terbaru.

"Bagi pengguna yang menyukai koleksi L`Amour elegan dan penuh warna, Nokia hadirkan tipe 7088, merupakan produk ponsel CDMA pertama mengadopsi konfigurasi geser (sliding)," kata Dominikus.

Sedangkan bagi pemula, Nokia menawarkan tipe 1325, 1265 dan 2505 yang memiliki desain lipat yang mudah digunakan dan tetap elegan dengan mengkombinasikan desain apik dan fitur cukup lengkap dan terkecil.

"Nokia 1325 dan 1265, hadir dengan desain lebih sederhana, mengusung desain candybar yang ramping namun tetap gaya, dengan menggunakan user interface dan tombol empat arah," kata Dominikus.

Kehadiran Nokia seri terbaru tersebut, kata Dominikus, selain memberikan kepuasan bagi pengguna ponsel, juga ingin pertahankan pasar Nokia ditengah persaingan makin ketat produsen ponsel di seluruh dunia.

"Nokia merupakan pemimpin dalam mobilitas, menggerakan transformasi dan perkembangan konvergensi industri internet dan komunikasi, dengan rangkaian perangkat bergerak, musik, bernavigasi, video, televisi, gambar, permainan, serta mobilitas bisnis," kata Dominikus.(antara)

Menristek Dorong Riset Teknologi 'Fuel Cell' Berbasis Lokal

Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman, mendorong peneliti di Indonesia untuk lebih menggalakkan riset tentang teknologi "fuel cell" berbasis lokal agar dapat diterapkan secara efektif di tanah air.

"Saya mendorong peneliti di Indonesia untuk mengambil langkah strategis untuk mendapatkan teknologi 'fuel cell' di Indonesia. Fakta menunjukkan, produksi 'fuel cell' dari Jepang, Korea, dan China akan memasuki pasar dalam jumlah yang besar di masa mendatang," katanya dalam pidato sambutan di acara seminar tentang teknologi "fuel cell" di Jakarta, Jumat (7/9).

Teknologi "fuel cell" itu sendiri adalah teknologi pembangkit energi yang ramah lingkungan dan dapat diperbarukan dengan menggunakan alat konversi energi elektrokimia yang mengubah energi kimia dari hidrogen dan oksigen ke dalam energi listrik dan panas melalui reaksi reduksi.

"Fuel cell" merupakan teknologi yang ramah lingkungan karena hasil samping dari reaksi reduksi elektrokimia yang dikerjakannya adalah air.

Menristek menuturkan, inovasi seharusnya diambil dari sumber daya lokal antara lain dalam pembuatan "membran electrode assembly" (MEA) yang merupakan kunci dalam proses konversi energi dari energi kimia menjadi energi listrik.

Berbagai usaha, ujar Kusmayanto, telah diupayakan untuk mengganti material dari komponen "fuel cell" dengan memakai material lokal dan proses fabrikasi lokal.

"Dengan upaya seperti itu, sektor riset dan teknologi di Indonesia akan memainkan peranan yang penting dalam komersialisasi 'fuel cell' yang berdasarkan produk dalam negeri," katanya.

Menurut peneliti Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Eniya Listiani Dewi, pihaknya telah berhasil mengembangkan material "fuel cell" antara lain membran yang dibuat dalam beberapa variasi material.

Eniya memaparkan, membran hidrokarbon bermaterial lokal yang telah dihasilkan itu dapat menurunkan biaya sebesar 85 persen dari membran komersial.

"Berbagai penerapannya seperti kendaraan dengan teknologi 'fuel cell' diperkirakan akan memasuki pasar pada tahun 2010-2015, yang pasarnya diproyeksikan setara dengan 2,6 miliar dolar pada tahun 2012," katanya.

Sedangkan pembicara lainnya, Manajer Senior PT Honda R&D, Takashi Moriya, mengemukakan bahwa kendaraan berteknologi "fuel cell" dengan bahan bakar hidrogen adalah kendaraan yang sangat menjanjikan bagi generasi mendatang.

Menurut Takashi, salah satu kunci penting dalam penyebaran kendaraan "fuel cell" berbahan bakar hidrogen adalah dengan menyediakan dan meningkatkan infrastruktur hidrogen. antara

KO SAN, Bawa Misi 18 Penelitian di Ruang Angkasa

Tanggal 5 September 2007 adalah saat yang paling membahagiakan Ko. Saat itulah dia mencatatkan namanya dengan tinta emas dalam sejarah Korsel.

KO dipilih menjadi warga Korea Selatan pertama yang berkesempatan berpetualang ke luar angkasa. Kesempatan istimewa itu akan dirasakan Ko pada April 2008, ketika dirinya menumpang pesawat ulang-alik Soyuz TMA-12 milik Rusia menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

”Saya sangat bahagia mendapat kesempatan ini dan terima kasih banyak,” kata Ko, 30. Ko mempersembahkan ucapan terima kasih khusus bagi ibundanya tercinta yang telah membantu dan mendukungnya hingga mencapai sukses seperti sekarang.Lajang ini pun memuji ibundanya karena telah membesarkan dia dan saudarinya seorang diri. Ayah Ko telah meninggal dunia sejak dirinya masih bocah.

Betapa tidak,Ko berhasil menyisihkan 36.000 pelamar yang ikut pemilihan astronot pertama Korsel sejak tahun lalu, hingga terpilih menjadi dua kandidat. Astronot cadangan Ko adalah Yi So-yeon, 29, seorang mahasiswi PhD bidang nanoteknologi. Kedua kandidat terpilih masih harus mengikuti latihan di pusat pelatihan astronot Gagarin di Rusia sebelum salah seorang dipilih untuk terbang bersama Soyuz. Jika Ko, seorang peneliti di Institut Teknologi Maju Samsung, mendapat halangan, maka Yi-lah yang akan menggantikannya.

”Ko sudah membuktikan bahwa dirinya nyaman berkomunikasi dengan kosmonot Rusia. Selain itu, dia mencatat nilai lebih tinggi dalam uji coba kebugaran tubuh dan eksperimen ilmiah,” kata Wakil Menteri Sains Korsel Chung Yoon. Keunggulan fisik Ko ketimbang Yi mungkin berkat hobi bertinju dan naik gunungnya. Dan ternyata, Ko merupakan seorang mantan petinju nasional amatir yang pernah meraih medali perunggu dalam kejuaraan tinju pada 2004 lalu.

Kedua astronot terpilih ini sudah menjalani pelatihan baik di Korsel maupun di Rusia sejak awal tahun ini.Mereka berdua resmi dipilih pada 25 Desember tahun lalu. Selama sepekan di ISS nantinya, Ko, pria yang dilahirkan pada 19 Oktober 1976 di Busan ini, akan mengadakan sekitar 18 penelitian dan eksperimen ilmiah didampingi dua kosmonot Rusia.

”Saya akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan misi ini,”tandas Ko. Salah satu bentuk penelitian ilmiah Ko di ISS nantinya adalah terkait dengan makanan favorit masyarakat Korsel,yaitu kimchi,makanan nasional terbuat dari kol yang difermentasi dengan beragam bumbu rempah-rempah.

Badan Riset Makanan Korsel ingin mengembangkan kimchi agar dapat menjadi makanan konsumsi di luar angkasa. Sementara itu, penelitian lainnya adalah soal dampak lingkungan bebas gravitasi terhadap tubuh manusia dan pertumbuhan organisme bernyawa. Dengan ini, Ko akan menjadi warga Asia keenam yang berhasil menuju luar angkasa. Pemerintah Korsel sebelumnya telah menandatangani kesepakatan dengan pemerintah Rusia mengenai kerja sama ini.

”Proyek ini mendapat dukungan khusus dari Presiden Korsel Roh Moo-hyun,serta bertujuan mempererat hubungan antara Rusia dan Korsel,” kata Humas Badan Antariksa Federal Rusia Igor Panarin. Proyek ini,100% didanai Seoul. Ko merupakan seorang wakil negara yang dipersiapkan pemerintah Korsel untuk menjadi pionir dalam pengembangan riset luar angkasa. Seoul sadar, mereka masih tertinggal di bidang teknologi antariksa dibandingkan negara- negara maju.

”Sekarang ini kami memang kekurangan teknologi untuk mengembangkan pesawat ulang-alik Korsel untuk dikirim ke luar angkasa. Untuk itu, kami percaya dengan berinvestasi pada sumber daya manusia lebih efisien untuk mempercepat proyek riset luar angkasa kami,” kata Chung. Tidak tanggung-tanggung, untuk membiayai proyek pengiriman Ko ke ISS serta melatih kedua astronot terpilih, Korsel rela mengeluarkan dana lumayan besar, yaitu sekitar USD20 juta.

Lulusan Seoul National University yang berspesialisasi pada teknologi inteligensi buatan tersebut memiliki rencana ambisius setelah kepulangannya dari ISS. Dia ingin sekali mendalami teknologi robot, yang sesuai dengan bidang spesialisasinya. Korsel berencana meluncurkan roket luar angkasanya tahun depan dan menjadi negara kesembilan yang melakukannya. Badan Antariksa Korsel pun hampir merampungkan pembangunannya. Konstruksi fasilitas senilai USD285 juta tersebut dimulai sejak 2000 lalu. (berbagai sumber/tri subhki r)


Friday, September 7, 2007

Nokia Serius Bisnis Asesoris Ponsel

Nokia mulai serius menangani bisnis asesoris ponsel ditandai dengan peluncuran produk gadget terbarunya Nokia 330 Auto Navigation yaitu perangkat navigasi Personal Navigation Device (PND).

"Kita sekarang fokus pada produk asesoris, juga asesoris multimedia yang bisa meningkatkan pengalaman orang terhadap multimedia," kata Manager Bisnis Multimedia PT Nokia Indonesia, Usun Pringgodigdo dalam acara peluncuran Nokia 330 di Jakarta, Rabu.

Usun mengatakan pihaknya akan memfokuskan produk asesoris terutama dalam tiga hal yaitu perangkat navigasi, perangkat bluetooth dan asesoris Car Kit.

Sedangkan gadget navigasi yang terbaru dari Nokia yaitu Nokia 330 merupakan perangkat navigasi dengan penerima sinyal GPS (Global Positioning System) yang dilengkapi peta digital Navy-G dari Solo Map mencakup kota-kota di Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan.

Perangkat dengan tampilan layar sentuh 3,5 inch dan sistem suara bantu ini dilengkapi dengan penyimpanan 1GB memory card yang dapat di-upgrade 2GB dan akan dijual dipasaran dengan harga Rp4,5 juta.

Pada kesempatan yang sama, Nokia juga meluncurkan produk asesoris mobil yiatu Nokia CK-15W, CK-20W, Nokia HF-33W, dan Nokia HF-300.

Nokia CK-15W adalah handsfree car kit dengan konektivitas bluetoot yang dilengkapi dengan layar berwarna untuk kemudahan pengoperasian, juga terdapat phonebook donwload yang memudahkan dalam panggilan telepon.

Sedangkan Nokia CK-120W merupakan handsfree car kit dengan konektifitas bluetooth yang mendukung teknologi A2DP sehingga dapat mendengarkan musik dalam ponsel lewat speaker unit dalam perangkat ini.

Untuk Nokia HF-33W juga handsfree car kit yang dapat digunakan dengan menancapkan pada lighter mobil, dengan dilengkapi oleh DSP (Digital Sound Processing) untuk mengurangi suara bising dan gema.

Dan Nokia HF-300 merupakan speakerphone yang handsfree car kit dengan dilengkapi clip untuk diikatkan pada sunvisor mobil. (ANTARA)